Sejumlah 4.850 Mahasiswa Baru UIN Jakarta Ikuti Tes ETIC dan ITLA
Sejumlah 4.850 Mahasiswa Baru UIN Jakarta Ikuti Tes ETIC dan ITLA

tes-maba-2017Telah menjadi acuan terstandar di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bahwa setiap mahasiswa berhasil lulus dari berbagai jalur yang ditetapkan diwajibkan mengikuti uji profisiensi kebahasaan, baik bahasa Arab (ITLA) maupun bahasa Inggris (ETIC). UIN Jakarta sejak 2005 telah menetapkan standarisasi nilai untuk uji kemampuan kebahasaan, yaitu 450 untuk bahasa Inggris dan 375 untuk bahasa Arab diluar mahasiswa yang berasal dari jurusan bahasa. Untuk mahasiswa yang berlatar belakang jurusan bahasa—baik Arab maupun Inggris—standar nilainya lebih tinggi. Uji kompetensi kebahasaan ini sebagai bagian dari program World Class University UIN Jakarta dalam menjawab tantangan globalisasi pendidikan yang semakin kompetitif ditengah era perdagangan bebas dunia.

Adalah Pusat Pengembangan Bahasa (PPB) UIN Jakarta yang sejak tahun 2005 menjadi penanggungjawab utama dalah hal uji kompetensi kebahasaan, baik untuk mahasiswa strata 1 maupun strata 2. Dalam setiap pelaksanaannya, PPB selalu membuat evaluasi dan analisis soal-soal kebahasaan yang diujikan kepada mahasiswa, sehingga dapat mengukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam menjawab setiap soal-soal yang diujikan. Pada 2017 ini, PPB merilis soal baru untuk kategori bahasa Arab yang diberi nama ITLA (I’tibaarat at-Ta’hil fi al-Lughah al-‘Arabiyyah) yang membedakan dengan ujian sebelumnya dengan nama TOAFL (Test of Arabic as a Foreign Language) yang hanya mengikuti sistem ujian TOEFL dalam bahasa Inggris. ITLA merupakan perkembangan atas evaluasi dan analisa atas soal uji kemampuan bahasa Arab khusus untuk mahasiswa baru dengan kualitas soal-soalnya lebih mudah dibanding TOAFL. Koordinator Bahasa Arab PPB, Dr. Mukshon Nawawi, MA sejauh ini yang berhasil menerapkan ITLA sebagai “model baru” dalam sistem pengukuran kualitas bahasa Arab yang khusus diterapkan kepada setiap mahasiswa baru UIN Jakarta yang lolos seleksi ujian masuk dan diterima sebagai mahasiswa UIN Jakarta. Menurutnya, kualitas soal TOAFL yang diterapkan selama ini, memiliki tingkat kesulitan bagi mahasiswa baru, karena tidak semua mahasiswa baru UIN Jakarta memahami dan pernah belajar bahasa Arab. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Mukhshon kemudian memperkenalkan ITLA sebagai tolok ukur paling “masuk akal” bagi uji kompetensi bahasa Arab. Kegiatan uji kompetensi kebahasaan yang digelar sejak Mei hingga September 2017 seluruhnya dikonsentrasikan di Gedung PPB, Kampus 2 UIN Jakarta. Lamanya kegiatan ini dikarenakan jalur masuk UIN Jakarta yang dibagi secara bertahap melalui lima jalur: SNMPTN, SPAN-PTKIN, SBM-PTN, UM-PTKIN dan SPMB Mandiri. Pelaksanaan tes akan disesuaikan dengan selesainya setiap jalur penerimaan yang telah dimulai sejak bulan Mei lalu. Setiap mahasiswa baru yang telah melaksanakan tes kebahasaan, akan dapat melihat hasilnya di aplikasi AIS (Academic Information System) yang terintegrasi dengan seluruh modul perkuliahan yang dapat diakses oleh masing-masing individu mahasiswa. Kepala PPB, Siti Nurul Azkiya, Ph.D menyatakan, kegiatan uji kompetensi kebahasaan ini sangat bermanfaat terutama untuk mengukur sejauh mana kemampuan berbahasa mahasiswa, khususnya kemampuan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dari setiap tahun pelaksanaan kegiatan ini, PPB UIN Jakarta selalu melakukan evaluasi, analisis soal, serta pengembangan uji kompetensi kebahasaan, sehingga dengan mudah mengukur tingkat kemampuan kebahasaan yang diinginkan. Persentase mengenai kecakapan bahasa setiap mahasiswa akan dievaluasi setiap tahunnya dan dilaporkan kepada segenap sivitas akademia UIN Jakarta, sehingga diperoleh data yang akurat dalam rangka pemantapan kemampuan bahasa mahasiswa. Nurul menjelaskan, kebutuhan klasifikasi kemampuan bahasa jelas diperlukan, sehingga mereka yang kurang dalam hal kemampuan bahasanya akan diarahkan mengikuti kelas khusus “remedial” yang dikelola sepenuhnya oleh PPB UIN Jakarta. PPB memiliki program “Kurbas” atau Kursus Bahasa Asing yang dikhususkan bagi mahasiswa dengan kemampuan minim soal kebahasaan—baik bahasa Arab maupun Inggris—untuk dimantapkan melalui kursus gratis yang dibuka sepanjang tahun. Kurbas pada akhirnya merupakan jawaban atas setiap “kegagalan” kemampuan bahasa asing mahasiswa UIN Jakarta agar ditingkatkan kembali melalui kelas-kelas bahasa diluar program perkuliahan berjalan. “Kemampuan bahasa asing mahasiswa sangat diperlukan, terlebih di era keterbukaan informasi seperti saat ini, minimal mampu berbahasa Inggris dan Arab”, demikian ungkap Siti Nurul Azkiya. *** SYA